Peta wilayah Weda tahun 1900, kemudian direpro kembali oleh Sekutu Amerika pada tahun 1940 (Sumber: ANRI. Nomor Seri: I.A.D—No.1202/83)
Nama Gua Siti Nasifah diambil dari keterangan seorang informan yang bernama Siraju Jalalo. Ia pernah bermimpi bertemu dengan wanita imajiner bernama Siti Nafisah di dalam gua—dari cerita inilah nama Siti Nasifah, dipakai sebagai penanda gua oleh arkeolog Australia, Peter Bellwood. Dalam laporannya Bellwood (1993) menjelaskan mengenai keberadaan gua di selatan kota Weda dengan sebaran temuan kerang di permukaan. Hasil ekskavasi itu, menunjukan adanya lapisan budaya dengan temuan gerabah poles merah yang memiliki karakter serupa dengan temuan gerabah di situs Tanjung Pinang, Morotai (Marlon, R. 2013).
Temuan situs lancipan tulang Gua Siti Nafisah (sumber: Bellwood, P. 2019; Pasveer, J & Bellwood, P. 2013)
Pemukiman Kuno di Weda
Weda sebagai pusat peradaban ras Austronesia, tentu memiliki jejak pemukiman kuno. Pemukiman kuno merujuk pada komunitas atau kelompok manusia yang menetap di suatu lokasi tertentu pada masa lalu, biasanya sebelum era modern. Permukiman ini biasanya ditandai oleh struktur-struktur bangunan, artefak, dan bukti aktivitas manusia yang mencerminkan kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya mereka. Weda yang diyakini sebagai pusat peradaban rumpun Austronesia dikaitkan dengan eksistensi kerajaan Makeang yang mewakili rumpun Austronesia di Maluku (utara) yang terekam dalam syair “moro-moro” sebagai berikut:
“manure doe patani, pura saji jiko weda, sio biji kasiruta, yo ruru talaga weda”
Artinya: “harum semerbak bunga melati, sumbernya ada di Weda, benih-benih yang ada di Kasiruta disemaikan dan tumbuh di talaga Weda”.
Dalam rangkaian penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti dari Balai Arkeologi Maluku, berhasil merekam beberapa tinggalan megalitik di Weda. Ririmasse (2013) melaporkan temuan jere di Nusliko, yang terdiri dari susunan batu berbentuk persegi (Salhuteru, M. J. 2020). Temuan ini menujukan sebuah pemukiman kuno di Nusliko. Dahulu tempat ini disebut sebagai “Kota Nusliko”. Penyebutan “kota” karena terkait dengan hunian awal orang Weda. Temuan situs pemukiman kuno di Nusliko ini, memiliki karakter yang kurang lebih serupa dengan situs-situs pemukiman kuno di Kepulauan Maluku bagian Tengah dan bagian Tenggara yang umum dikenal sebagai negeri lama. Sebaran fragmen keramik di situs bekas pemukiman kuno dan Salah satu jere yang berada di pemukiman kuno di Nusliko ((Sumber: Dokumen Balai Arkeologi Ambon, 2013-2019)
Selain fragmen keramik di situs beekar pemukiman kuno di Nusliko juga ditemuakan sebaran jere di Nusliko. Orang Weda meyakini bahwa setelah leluhur mereka meninggalkan pemukiman awal mereka di “Bukit Matiti” (pedalaman), kemudian membuat pemukiman baru wilayah “Falaop” (nama lain Nusliko) yang disebut sebagai “um aiwal”, artinya delapan rumah. Tradisi lisan ini dikisahkan sebagai baerikut:
Dahulu, leluhur orang gam range (tiga negeri yaitu Maba, Patani, Weda) bermula dari satu keluarga yang hidup di “Bukit Matiti” letaknya tidak jauh dari “Falaop”. Keluarga ini memiliki empat orang anak laki-laki dan seorang perempuan. Sejak kecil, kelima orang anak ini dibekali dengan ilmu yang dimiliki oleh kedua orang tua.
Ketika dewasa, merekapun disarankan oleh kedua orang tua mereka agar keluar ke pesisir untuk membuat pemikiman dan hidup menetap disana. Dengan bekal ilmu yang mereka miliki, orang tua mereka menyarankan agar setiap anak menempati wilayahnya masing-masing agar tidak ada pertentangan dan saling menolong satu sama lain bila ada kesulitan. Adapun kelima anak tersebut menempati wilayah sebagai berikiut:
1) Raja Man Kasuala yang menguasai ilmu laki-laki ke wilayah Maba.
2) Raja Man Kasturi yang menguasai ilmu agama ke wilayah Patani.
3) Raja Man Sutaraja Mau Raja menguasai ilmu pemerintahan, menempati wilayah Weda
4) Raja Man menguasai ilmu berburu menempati pulau kepala burung (Irian Barat)
5) Janabo (anak perempuan) menguasai ilmu pertanian menempati pulau Makeeang
Raja Man Sutaraja menempati Nusliko dan memiliki 8 orang anak dan membentuk “um aiwal”. Adapun kedelapan anak itu adalah sebagai berikut:
1) Pagele Sang
2) Pagele Rei
3) Pagele Bebobei
4) Pagele (?)
5) Lagae Wosel
6) Lagae Moncele
7) Lagae Batu Api
8) Lagae Remou
Kedelapan anak ini, kemudian membenetuk dua kelompok yaitu pelei (lao/laut) dan palao (dara/darat). Kedua kelompok ini kemudian menempati a(i)er Falaop; aer Fidi; aer Gostulo; aer Kobe (Samlonge), aer Aage dan membentuk pemukiman secara parmanen untuk mereka tempati. Meskipun terpisah satu sama lain, suatu waktu dua kelompok ini selalu bertemu di Nusliko untuk ritual adat. Beberapa informan meyakini bahwa, kedelapan anak ini kemudian hilang secara gaib karena tidak mau tunduk pada kekuasaan dan memiliki Jere di sekitar Nusliko. Setelah menghilangnya kedelapan anak dari Raja Man Sutaraja, turunan mereka kemudian turun membentuk pemukiman baru di Weda (saat ini).
![]() |
Salah satu Jere di Nusliko yang diyakini sebagai leluhur orang Weda dan Alat upacara berupa piring tembikar yang diletakan di Jere Nusliko (Sumber: Dokumen Balai Arkeologi Ambon, 2013-2019). |
Asalmu Asal Nama Weda
Weda adalah nama ibukota Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara. Dalam administrasi kesultanan Tidore, Ternate, maupun pemerintahan Belanda penyebutan Weda untuk menunjukan sebuah teluk yang ada di Halmahera yang berada di antara Jazirah Tenggara dan Jazirah Selatan.
Dalam tradisi lisan (tutur) orang gam range (Maba, Patani, Weda), kata Weda diambil dari nama seorang anak yang bernama “Were ree”. Sejarah Weda adalah sejarah gam range yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena memiliki satu keturunan dari moyang yang sama. Beberapa informan yang berada Maba, Patani, dan Weda meyakini bahwa penduduk Halmahera yang berada di Jazirah Tenggara dan Jazirah Selatan asalmu-asal dari wilayah Poton. Wilayah Poton terletak di semenanjung Ngolopopo atau Huk Tabo. Dikisahkan bahwa keempat orang anak ini memiliki ayah berasal dari Timur Tengah yang terdampar di Tanjung Ngolopopo dan menikahi perempuan setempat. Kisah itu dituturkan seperti berikut ini:
Konon, pada zaman dahulu datang dua orang bersaudara dari Timur Tengah yaitu Syeh Marmar Amin dan Syeh Marmar Daud, dengan maksud menyebarkan agama Islam di wilayah Moloku (Maluku Utara). Sebelum sampai di Moloku., mereka singgah di wilayah Thailand untuk menyebarkan agama Islam, kemudian ke wilayah Sumatera. Setelah sampai di Sumatera, mereka berdua berunding untuk menentukan siapa yang harus melanjutkan perjalanan ke Moloku. Hasilnya, Syeh Marmar Amin yang ditunjuk untuk melanjutkan perjalanan ke Moloku.
Dalam perjalanan menuju Moloku, kapalnya hanyut dan terdampar di Tanjung Ngolopopo. Saat berada di tanjung tersebut, Syeh Marmar Amin berjalan dan menemukan seorang perempuan bernama Putri Damuli. Syeh Marmar Amin lalu mengajarkan agama Islam pada Putri Damuli dan kemudian menikahinya. Mereka berdua dikaruniai tiga orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan. Keempat orang anak tersebut adalah: 1) Bortango , 2) Bornabi, 3) Borfa, dan 4) Kuffah.
Setelah keempat anak tersebut dewasa, mereka diajarkan berbagai macam ilmu. Bortango diajarkan Ilmu agama Islam dan “ilmu laki-laki”, Bornabi diajarkan ilmu agama Islam dan ilmu Tarekat, Borfa diajarkan Ilmu pemerintahan, dan Kuffah diajarkan ilmu istinja’ (membersihkan jenazah perempuan). Setelah mereka mempelajari ilmu tersebut, orang tua mereka membagikan empat wilayah kepada masing-masing anaknya, sebaggai berikut:
1) Bortango mendapat wilayah di Mobene (Maba),
2) Bornabi mendapat wilayah di Poton (Patani),
3) Borfa mendapat wilayah di (Were ree) Weda, dan
4) Kuffah (anak Perempuan) mendapat wilayah di pulau Besi (Makeang).
Syeh Marmar Amin dan Putri Damuli berdoa kepada Allah SWT dengan harapan anak mereka hidup damai dan tidak saling berebut wilayah. Sebelum keempatnya berangkat menuju wilayahnya masing-masing, mereka berjanji untuk tidak saling melupakan ikatan kekeluargaan, dan saling membantu satu sama lain (Rainannur, dkk. 2017).
Harapan dari orang tua mereka inilah kemudian (belakangan) dituangkan dalam suatau ikatan yang disebut sebagai gam range. Gam range adalah nama sebuah persekutuan yang terdiri atas tiga wilayah, meliputi Maba, Patani, dan Weda. Secara etimologis, gam range terdiri dari dua suku kata, yakni gam dan range. Gam berarti “kampung”, “negeri”, atau “wilayah”, dan range, yang secara fonologis dibaca ra-ange, berarti “tiga”. Apabila kedua suku kata ini digabungkan, maka gam gange berarti “tiga negeri” yang meliputi Maba, Patani, dan Weda. Belakangan, gam range juga membentuk konfederasi yang dinamakan “Fagogoru”. Dalam konfederasi ini, mereka memiliki hak untuk mengatur pemerintahan dalam wilayahnya masing-masing secara otonom. Ikatan ini semacam daerah swapraja, dengan kewajiban saling menolong satu sama lain.
Fagogoru dapat juga dipandang sebagai suatu lembaga sosial-politik dan ekonomi bagi kelompok gam range. Ikatan kuat di antara anggota kelompok gam range didukung oleh dua hal, yakni geografis dan bahasa. Secara geografis, negeri gam range terletak berdekatan antara satu dengan lainnya. Dari sisi bahasa, masyarakat di Maba, Patani, dan Weda bertutur dalam satu bahasa yang sama, yaitu rumpun bahasa Austronesia.
![]() |
Peta Wilayah Persemakmuran Fogogoru di Halmahera Tengah dan Selatan (Sumber: Topatimasang, R, ed. 2004). |
Dahulu, anak-anak yang lahir dari rahim seeorang ibu dan ayah asal gam range, sejak kecil mereka diwajibkan mempelajari dan mendalami agama Islam secara sungguh-sungguh. Kesungguhan ini dapat ditemui dalam filosofi hidup mereka yaitu fagogoru. Orang Maba, Patani, dan Weda sejak dahulu, mereka memiliki jargon dan filosofi hidup masing-masing, yaitu Photons sita smat alim si, Mobon sita smat mon re wele, Were sita smat pintar si [orang Patani memiliki ilmu agama Islam, orang Maba berilmu laki-laki (perkasa), orang Weda memiliki ilmu kecerdasan (ilmu pemerintahan). Atas dasar filosofi hidup inilah, para orang tua gam range berupaya keras membekali anak-anaknya dengan pendidikan yang memadai melalui metode tertentu secara konsisten dan berpola (Sipahelut, H. R. 2021). Karena itu, tradisi berpegang teguh pada ajaran agama Islam masih tetap terlihat sampai saat ini.